REFLEKSI AGAMA

Shalom! Nama saya Jessica Gilda dari kelompok 2 XII MIPA 8 absen 24. Pada tugas ujian praktek mandorSkesaging.com/kwn ini, kami ditugaskan untuk membuat drama. Kelompok kami yaitu kelompok 2 dari kelas XII MIPA 8 memilih tema hidup yang berharga. Saya memerankan pemeran pendukung yang bernama Alice. Alice adalah salah satu rekan Pandji yang merupakan pemeran utama. Alice memang memiliki sedikit scene dalam drama ini. Namun dari hanya segelintir scene tersebut, karakter atau watak dari Alice terlihat cukup jelas. Dari kalimat yang dilontarkannya kepada rekan kerjanya Pandji, “Buat apa totalitas banget padahal cuman siaran, belum tentu juga ada orang yang bakal dengerin. Siaran yang tadi juga penontonnya dikit.” Ketika membaca kalimat tersebut, saya langsung dapat mengetahui wataknya. Alice adalah orang yang bersifat acuh tak acuh. Ia adalah orang yang tidak memiliki semangat untuk berjuang. Selain itu, mungkin Alice tidak menyadarinya namun yang dikatakan olehnya kepada Pandji dapat mematahkan semangatnya dan membuatnya merasa tidak ada gunanya bekerja keras karena tidak akan berhasil. Fakta bahwa stasiun radio tempat mereka bekerja kecil dan penonton yang menonton juga tidak banyak memang benar, namun hal tersebut bukanlah alasan untuk menyerah dan pasrah pada keadaan. Ia tidak tahu bahwa hidup kita ini berharga dan perlu diperjuangkan sekuat tenaga sampai kita bisa menjadi sukses.

 

Berbeda dengan Alice, Pandji memiliki semangat berjuang dan optimis. Semua hal yang dilakukan oleh Pandji pasti dengan totalitas dan tidak sembarangan. Mungkin ada kalanya ia terpuruk dan merasa gagal. Namun yang terpenting adalah ia dapat bangkit lagi. Diceritakan di drama “The Story of Pandji” ini bahwa ada sebuah acara terkenal yang sedang mencari pembawa acara untuk acara mereka yang akan datang. Ternyata sang produser yang menangani acara tersebut menginginkan Pandji secara khusus untuk menjadi pembawa acaranya. Pandji pastinya senang bisa mendapatkan posisi tersebut, namun ia bingung mengapa produser menginginkannya secara khusus. Ternyata Produser tersebut tidak sengaja menemukan Pandji padahal kala itu Pandji bekerja di stasiun radio kecil yang kurang dikenal namanya. Sebuah kebetulan yang menarik. Sejak saat itu, sang produser mulai mendengarkan Pandji di radio. Setelah hari itu, kehidupan Pandji berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya dan itu karena kerja keras dan dedikasinya. Pandji tahu bahwa hidup itu berharga dan harus diperjuangkan dengan totalitas.

 

Manusia pada hakikatnya diciptakan oleh Allah yang Mahakuasa dengan segala rencana-Nya, yakni karya keselamatan dalam hidup. Allah berkata, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kejadian 1:26). Manusia memiliki kesempurnaan yang paling tinggi dari segala makhluk ciptaan yang lainnya serta harta kesayangan Allah. Kita manusia dipanggil dan diikutsertakan dalam karya Allah, yaitu mengembangkan dan menyempurnakan kehidupan. Hidup ini merupakan anugerah yang harus disyukuri dan dipertanggungjawabkan sebaik-baiknya. Tuhan Yesus rela berkorban mati di kayu salib untuk menyelamatkan dan menebus dosa kita. Apakah hal tersebut masih kurang untuk menjadi bukti bahwa hidup kita ini sangat amat berharga. Kita harus memperjuangkan hidup kita. Ketika kita merasa pasrah, lelah, dan putus asa, bangkitlah dan semangat lagi. Ingat hidup kita ini berharga di mata Tuhan. Kerjakan segala hal dengan penuh totalitas dan semangat. Kejar impian kita setinggi-tinggi nya dan kerja keras pasti akan membuahkan hasil yang terbaik.

REFLEKSI SEJARAH

Diketahui bahwa Pandji sang karakter utama dalam cerita “The Story of Pandji”  adalah orang yang selalu melakukan segala hal dengan totalitas. Pandji memiliki sifat yang mau berjuang untuk mencapai impiannya dan untuk menjadi sukses. Kegigihan dan totalitas yang ia miliki mengingatkan saya kepada seorang pahlawan nasional yang totalitas dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Beliau adalah Pangeran Diponegoro yang lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta, dengan nama asli Raden Mas Ontowiryo. Putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III ini menjadi salah satu pahlawan yang cukup dikenal sebagai pemimpin Perang Diponegoro. Pangeran Diponegoro memilih untuk meninggalkan istana Mataram dan lebih memilih untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam Babad Cakranegara disebutkan, adalah Pangeran Diponegoro sendiri yang menolak gelar putra mahkota Kerajaan Mataram dan merelakan tahta untuk adiknya RM Ambyah. 

Perjuangan Pandji adalah cerminan dari para tokoh pejuang Indonesia. Khususnya Pangeran Diponegoro yang rela meninggalkan istana dan berjuang sampai titik darah penghabisan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Semangat perjuangan dan rela berkorbannya sangat patut di acungkan jempol. Beliau lebih mementingkan kepentingan umum. Perjuangannya melawan kolonial sama sekali tidak gampang. Namun, Pangeran Diponegoro rela berkorban turun langsung dalam perang untuk mengusir Belanda. Selain itu, ia juga memiliki sikap berani mengambil resiko dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil. 

REFLEKSI PKN

Dalam drama “The Story of Pandji” ini terkandung nilai-nilai yang berhubungan dengan kewarganegaraan. Dalam drama tersebut terdapat scene yang menunjukkan bahwa Pandji membeli koran yang harganya lima ribu namun ia memberikan uang 200 ribu kepada anak yang menjual koran bernama Dedek. Ibunya sedang sakit dan Dedek membutuhkan uang untuk biaya pengobatan ibunya. Dengan uang yang diberikan Pandji, Dedek dapat membayar biaya pengobatan ibunya. Selain itu dengan uang tersebut, Dedek juga dapat bersekolah dan dagangannya menjadi semakin laku. Beruntung Pandji adalah orang yang dermawan dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sehingga ia mau membantu Dedek. Kebaikan kecil yang dilakukan oleh Pandji berdampak besar bagi orang lain. Terkadang kita juga tidak menyadari bahwa kebaikan kecil yang kita lakukan untuk orang lain dapat berdampak besar bagi kehidupan orang lain.

Kewarganegaraan identik dengan kehidupan bermasyarakat. Pendidikan kewarganegaraan diharapkan para intelektual Indonesia memiliki dasar kepribadian sebagai warga negara yang demokratis, religius, berkemanusiaan dan beradab. Pendidikan kewarganegaraan tidak melulu soal teori namun harus dipraktekkan langsung dalam kehidupan sehari-hari kita. Seperti yang dilakukan oleh Pandji. Pandji memberikan bantuan kepada anak penjual koran tersebut telah mencerminkan penerapan sila ke 2 dalam Pancasila, yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Perbuatannya menunjukkan bahwa ia menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan tidak membeda-bedakan mau dia miskin ataupun kaya, karena dia menganggap bahwa semua orang itu sederajat. Pandji juga tidak pernah semena-mena dengan orang lain.


3 Comments

Aileen · February 10, 2022 at 5:22 pm

kerennn gilll

Beatrice · February 11, 2022 at 7:54 pm

buagusss gill

Felicia R · February 11, 2022 at 8:00 pm

wow sangat menginspirasi!

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *