NASKAH indonesia

Scene 1 :

 

Pandji yang saat ini berada di puncak karirnya sedang berada di podcast live terkenal yang dibawakan oleh Om Deddy. Dipenuhi dengan banyak sekali audience yang menyambut dia, Pandji memberikan sepatah-kata dan menceritakan perjalanan hidupnya.

 

Om Deddy : “Selamat Pagi Pemirsa, Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana Pandji bisa sesukses dia sekarang?”

Om Deddy : “Jika jawabannya iya, maka anda beruntung, karena hari ini kita bersama Pandji”

Om Deddy : “Mari kita sambut dia hari ini dengan tepuk tangan yang meriah!”

Pandji : “Halo halo, selamat pagi semua! Wah, memang luar biasa hari ini, terimakasih banyak untuk teman-teman yang sudah hadir. Jujur, banyak banget teman-teman yang bertanya, “Gimana sih kok Pandji bisa sampai seperti ini? Apa sih yang Pandji lakuin? Siapa sosok dibalik keberhasilan Pandji?” Hari ini aku akan sedikit menceritakan pengalamanku bagaimana Pandji bisa sampai seperti ini. Pada saat itu …”

 

Scene 2 :

 

Flashback ke 10 tahun yang lalu, di mana saat itu Pandji dengan aktivitas rutinnya bersiap-siap untuk pergi bekerja. Setiap kali ia bekerja, ia melakukannya dengan sangat totalitas. Hari ini pun tidak berbeda, Ia berjalan dengan langkah sigap keluar dari kos-kosannya dan berpamitan dengan Ibu Kos (Nila).

 

Pandji : “Bu, saya berangkat dulu.”

Nila : “Iya Ji, hati-hati di jalan.” 

 

Di tempat kerja, ia menjadi penyiar untuk sebuah program kecil di salah satu stasiun radio lokal. Ia memasuki studio nya, mengecek peralatan, membuat kopi, dan duduk bersiap untuk memulai siaran.

 

Pandji : “Selamat pagi pemirsa, kembali lagi bersama saya Pandji dan rekan saya, Kevin, di acara pagi hari ini.”

Kevin : “Yak, kali ini kita mau bahas Pangeran Diponegoro, seorang pahlawan yang memimpin Perang Pulau Jawa pada tahun 1825-1830.”

 

Akhir penyiaran

Kevin   : “Wih, keren banget ya sosok Diponegoro ini, bisa memimpin dengan benar dan bisa membangkitkan semangat pasukan-pasukannya. Kita kalo jadi pemimpin itu harus bisa membangkitkan semangat anggota-anggota kita.”

Pandji   : “Iya bener banget itu, kita juga tidak boleh sembarangan dalam memimpin. Oke gais, sampe sini dulu, ga kerasa sudah hampir 1 jam kita nemani kalian. Jangan lupa buat tetap senyum and enjoy your life. Peace out!!!

 

Scene 3 :

 

Saat Pandji sedang bersiaran radio, di tempat lain terdapat seseorang bernama David yang ikut mendengarkan disaat menyetir. David mendengar Pandji dan sangat tertarik karena ia bersiaran dengan sangat totalitas. David percaya bahwa Pandji adalah orang yang hebat meskipun ia tidak pernah bertemu dengan Pandji. Tanpa ada yang mengetahui, David merupakan asisten manager di salah satu perusahaan entertainment terbesar di Indonesia.

David : “Wih orang ini totalitas banget. Dari cara berbicaranya, aku tahu bahwa ia melakukan yang terbaik. Hmmmm sangat menarik, aku harus mencoba bertemu dengan dia.”

 

Tidak lama kemudian, direktur utama David menelepon.

 

David : “Halo selamat pagi Bu Bella. Ada yang bisa saya bantu?”

Bella : “Selamat pagi David, gimana perkembangan proyeknya? Sudah sampai mana?”

David : “Sudah selesai bu, ini tinggal perekrutan dan kita bisa melaksanakan projeknya.”

Bella : “Ok bagus, saya mohon untuk segera ditangani ya.”

David : “Siap bu, akan saya tangani.”

 

David berpikir bagaimana agar ia bisa menghubungi Pandji.

 

Scene 4 :

 

Pandji mempersiapkan barang-barangnya. Sebelum pulang, ia dipanggil oleh bosnya. Ternyata hari ini merupakan waktunya Pandji mendapatkan gajinya. 

 

Eko : “Pandji, kalau sudah selesai segera masuk ke ruangan saya.”

Pandji : “Saya? Oke, Siap Pak Eko.”

Kevin : “Hayo Ji, lu abis ngapain kok dipanggil sama bos?”

Alice : “Pandji dipanggil sama bos? Waduh goodluck ya.”

Pandji : “Kaga tau, emang gua salah apa?”

Alice : “Gua tanya dong, lu ngapain totalitas banget padahal cuma siaran doang. Belum tentu juga ada orang yang mau denger.”

Alice : “Iya, siaran yang tadi aja yang nonton cuma dikit doang.”

Pandji : “Ya ilah, namanya juga pekerjaan, ya harus totalitas dong. Lu coba aja bayangin ada orang-orang terkenal kayak Om Deddy gitu terus tertarik sama aku. Siapa tau aku beneran diundang, jadi bisa bertemu sama dia.”

Kevin : “HAHAHAHAH, seriously bro? Mimpi banget lu.”

Pandji : “Liat aja nanti.”

 

Pandji berjalan ke ruangan bos sembari berpikir bahwa apa yang dikatakan temannya itu benar. Ia merasa memang tidak ada gunanya untuk bekerja keras karena ia tidak akan bisa berhasil.

 

Eko : “Oke, Pandji silahkan masuk.”

Pandji : “Halo pak, ada yang bisa saya bantu?”

Eko : “Duduk dulu, sudah berapa lama kamu bekerja di sini?”

Pandji : “Hampir 3 tahun pak.”

Eko : “Hmmm. Saya tahu kamu orangnya sangat totalitas hari ini, dan untuk itu saya berikan gaji plus bonus karena kerja kerasmu.”

Pandji : “Wah beneran pak? Puji Tuhan, terimakasih banyak pak.”

Eko : “ Tapi apakah kamu ga ada pemikiran untuk mengejar karir dan impianmu?”

Pandji : “Ada sih pak, tapi apakah bapak berkenan mengijinkan saya untuk keluar dari perusahaan ini?”

Eko : “Baiklah, selama dengan alasan kamu mau mengejar mimpi akan saya ijinkan. Tapi, sesuai aturan yang tertera, pengajuan permohonan pengunduran diri selambat-lambatnya 30 hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri.”

Pandji : “Baik pak jangan khawatir, saya akan tetap melaksanakan kewajiban saya.”

Eko : “Oke baik, silahkan, kamu bisa melanjutkan hal yang lain.”

Pandji : “Terima kasih, pak.”

 

Scene 5 :

 

1 bulan kemudian..

 

Pandji : “Pak, izin pamit.”

Eko : “Baik silahkan. Saya akan tunggu kabar baik darimu jika sudah menemukan pekerjaan yang bisa lebih mendekati dengan mimpimu.”

Pandji : “Baik, terima kasih banyak pak.”

 

Scene 6 :

 

Dalam perjalanan pulang, Pandji berpikir keras tentang bagaimana caranya supaya ia bisa lebih dekat dengan karir dan impiannya. Di tengah lampu merah, ia bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang berjualan koran.  Ia merasa iba dengan anak kecil itu, sehingga ia mengambil amplop yang dia barusan dapatkan dari bosnya. Ia mengambil uang 200 ribu, tetapi uang tersebut ia selipkan dalam uang 5 ribuan. 

 

Pandji : “Dek, beli korannya 1 dong.”

Dedek : “Oke kak, mau koran yang apa?”

Pandji : “Apapun deh yang ada berita menariknya.”

Dedek : “Koran Lui ya kak, harganya 5 ribu.”

Pandji : “Iya, ini uangnya. Oh iya, aku langganan sama dedek aja. Kalau ada berita yang menarik, langsung telpon aja ya pake nomer ini.”

Dedek : “Oke, makasih kak.”

 

Setelah anak tersebut menerima uang dari Pandji, ia terkejut karena terdapat uang 200 ribu. Ia tidak sempat mengucapkan terimakasih karena Pandji sudah keburu jalan. Anak itu melompat-lompat kegirangan karena mendapatkan uang tersebut.

 

Scene 7 :

 

Sejak saat itu, sembari bekerja, Pandji mulai menuliskan impian dan karir yang ia inginkan. Ia terus mencari pekerjaan yang levelnya lebih tinggi sehingga ia bisa mencapai impian tersebut. Ia juga tak lupa untuk terus berdoa dan memohon agar Tuhan selalu ada untuknya. Namun, hari-hari berlalu dengan sangat cepat dan Pandji masih belum menemukan pekerjaan yang cocok. Di lain sisi..

 

Bella : “David, gimana perkembangannya?”

David : “Mohon maaf bu, tolong beri saya waktu 1 minggu.”

Bella : “Oke, saya beri waktu 1 minggu.”

 

David yang sangat ingin Pandji untuk terlibat dalam proyeknya kesusahan untuk bertemu dengan Pandji. Ia sambil menyebarkan pamflet dan promosi pekerjaan tetapi hingga saat ini berita tersebut belum tersampaikan kepada Pandji. Satu minggu berlalu..

 

Bella : “David, masih belum ya?”

David : “Mohon maaf bu, saya belum mendapatkan orang yang saya inginkan.”

Bella : “Ada 200 orang yang mau mendaftar untuk audisi dan menerima pekerjaan ini, apakah kamu yakin tidak mau memilih salah satu dari 200 orang ini?

David : “Berikan saya satu minggu lagi Bu, apabila saya tidak bertemu dengan sosok Pandji ini, saya akan memilih mereka.”

Bella : “Apakah Pandji sebagus itu?”

David : “Saya jamin, Ia yang terbaik.”

 

Scene 8 :

 

Di suatu siang, David keluar untuk mencari tempat makan yang enak. Dalam perjalanannya, ia menemui seorang anak kecil yang sedang berjualan koran. David merasa iba dengan anak kecil tersebut jadi ia membeli koran tersebut.

 

David : “Dek, beli korannya 1 ya.”

Dedek : “Oke kak, korannya mau yang mana?”

David : “Terserah deh, beritanya yang menarik aja pokoknya.”

Dedek : “Oke kak, koran Lui 1 ya, harganya 5 ribu.”

David : “Nih 50 ribu, kembaliannya buat adik aja.”

Dedek : “Makasih banyak, kak. Oh iya, mau berlangganan nggak?”

David : “Emang bisa ya?”

Dedek : “Iya, contohnya kayak orang ini.”

David : “Tunggu. Pandji.. Pragiwaksono..?”

Dedek : “Kenapa kak?”

David : “Oh nggak papa dek, aku ikutan berlangganan ya. Nih, nomer telpon aku.”

Dedek : “Oke kak, terima kasih banyak.”

 

Scene 9 :

 

Pandji yang sedang tiduran dalam kamarnya berpikir. Ia sangat bosan dengan kehidupan yang ia miliki saat ini. Seakan-akan hidup hanyalah untuk itu-itu saja dan tidak ada hal yang baru. Ia merasa hidup ia tidak bermakna, karena tidak banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Ia memukul tembok tersebut dengan keras hingga membangunkan Bu Nila.

 

Nila : “Ji, suara apa itu?”

Pandji : “Oh, ga ada bu, tangan saya terbentur tadi.”

Nila : “Ada masalah apa, Ji? Cerita ajalah sudah.”

Pandji : “Hmmmm, aku lelah Bu. Aku bosan dengan kehidupanku ini. Banyak hal yang tidak bisa aku capai. Aku berusaha mencari tapi aku tidak menemukan keinginan dan passion saya.”

Nila : “Percayalah Ji, meskipun kamu bosan tetapi hidup kamu itu berharga. Ibu yakin, kalau kamu bekerja dengan sangat totalitas, bukan kamu yang akan mencari, tetapi kamu yang akan dicari.”

Pandji : “Ah tapi bu, aku ini totalitas setiap hari hasilnya juga gitu-gitu aja. Mungkin bener kata temen-temen. Ngapain aku totalitas terus begini tapi hasilnya gitu-gitu aja. Dah, aku pengen mati aja. Capek aku.”

Nila : “Pandji, tunggu!”

 

Pandji memutuskan untuk berjalan-jalan, untuk menjernihkan pikirannya, dia melihat anak koran yang pernah dia berikan uang. Nampaknya ia lagi sepulang sekolah. Pandji pun kaget dan langsung menghampirinya.

 

Pandji : “Loh, Dek.”

Dedek : “Halo kak, aku habis pulang sekolah nih, mau lanjut jualan koran dulu.”

Pandji : “Kamu kok bisa sekolah?”

Dedek : “Iya kak, Karena ide kakak berlangganan kemarin, jualanku semakin rame kak. Coba bayangin kalo kakak kemarin nggak ada, mana mungkin jualanku bisa serame ini. Wih, makasih banyak ya kak!”

Pandji : “Iya dek, sama-sama. Aku tinggal dulu ya dek.”

Dedek : “Oke kak. Wih akhirnya, aku juga bisa bayar biaya pengobatan ibu.”

 

Pandji pun terdiam mendengar perkataan itu dan akhirnya dia sadar bahwa hidupnya sungguh berharga. Pandji tidak dapat membayangkan apa yang terjadi pada anak itu jika ia tidak berpapasan dengannya. Akhirnya, Pandji pun sadar, ia hanya perlu menunggu dan terus bekerja sekeras yang dia bisa.

 

Pandji : “Bu.. maaf tadi aku sempat emosi. Apa yang ibu katakan benar, hidupku berharga. Aku akan tetap bekerja keras.”

Nila : “Semangat, aku tau kamu pasti bisa.”

Pandji : “Terima kasih Bu, akan saya buktikan aku bisa menjadi orang yang sukses!”

Malam itu sebelum Pandji tertidur, ia membuka email dan mendapatkan tawaran pekerjaan dari seseorang bernama David. Ia terkejut karena perusahaan itu adalah perusahaan ternama di Indonesia. Ia menangis dan berdoa untuk bersyukur pada Tuhan.

 

Scene 10 :

 

Pandji melakukan audisi dan ia memang menjadi yang terbaik. Sejak saat itu, kehidupan Pandji berubah. Dari waktu ke waktu popularitas Pandji meningkat. Ia menjadi orang yang lebih bijaksana dan pada akhirnya ia bisa menduduki puncak karirnya. Kembali kepada masa sekarang di atas panggung..

 

Om Deddy : “Yak, itulah cerita dari seorang Pandji Pragiwaksono. Dari awalnya yang biasa-biasa aja, tapi karena dia totalitas, dia bisa sampai di titik ini.”

Pandji : “Nah, teman-teman tau? Bagaimana kalau pada saat itu aku sama sekali ga totalitas. Mungkin saja aku sekarang masih merenungi kehidupanku. Aku ga akan duduk di sini. Karena itulah, ayo teman-teman kerja keras. Satu kalimat terakhir untuk penutupan hari ini, “Hidup adalah hal yang berharga, kamu tidak pernah tau kapan kamu akan kehilangannya. Jalani hidup selagi bisa, karena kamu tidak tahu kapan akan menjadi detik terakhirmu.” Saya Pandji Pragiwaksono, terimakasih dan sampai jumpa di lain waktu.”

 

Tepuk tangan yang sangat meriah diiringi oleh flashmob dari seluruh pemeran yang berjudul Terhebat – Coboy Junior